Tak sebercanda itu



Pict by Firke Puspa 


Ketika aku memilih untuk sendiri bukan karena aku tak ingin di cintai; melainkan ada luka yang sedang ku sembuhkan.

Bukannya luka ku takkan pernah sembuh.
Aku hanya sedang mencari cara untuk menyembuhkannya.
Seseorang pernah bilang "Untuk menyembuhkan luka di hati adalah dengan kau jatuh cinta kepada orang lain."
Namun jatuh cinta tak semudah itu.
Bagaimana kau tahu kalau kau benar-benar jatuh cinta padanya?
Bagaimana kau tahu kalau kau benar-benar sudah melupakan masa lalumu?
Bagaimana kau tahu bahwa kau tak hanya menjadikan dia pelampiasan disaat kau merasa sepi?
Terlalu banyak pertanyaan di otak-ku, ketika seseorang dengan mudahnya mengatakan seperti itu.

Sebab, aku pernah luka, seluka-lukanya.
Jatuh, sejatuh- jatuhnya.
Patah, sepatah-patahnya.
Hancur, sehancur-hancurnya.
Aku tak menyalahkan dia yang (dengan sengaja) mematahkan hatiku.
Aku tak menyalahkan Tuhan yang mempertemukan aku dengan dia.
Aku hanya meyalahkan diriku yang tak pernah berani.

Iya, aku takut.
Aku takut untuk memulai sesuatu hubungan dengan orang yang baru.
Bagaimana kau tahu bahwa orang yang baru akan mencintaimu seutuhnya?
Bagaimana kau tahu bahwa orang yang baru akan menerima kekuranganmu?
Bagaimana kau tahu bahwa hanya dia yang akan mencintaimu, meski terdapat banyak cacat dalam hidupmu?
Sebab mereka yang tahu diriku sebenarnya, hanya bisa pergi dan tak kembali.


Aku (sangat) lelah dengan mereka yang datang lalu pergi.
Jadi, jangan salahkan aku apabila aku lebih pemilih, karena kau pun tahu alasannya. 
Karena mencintai tak sebercanda itu.

Pertanda,
wanita yang tengah berjuang untuk menyembuhkan luka di hatinya.

Komentar

Postingan Populer